Masyarakat Indonesia merupakan suatu
masyarakat majemuk yang memiliki keaneka ragaman di dalam berbagai aspek
kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat
dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan
kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga
keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya
masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan
budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk
menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern dari pada budaya yang
berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau
budaya lokalah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsa.
Suku Betawi sangat mencintai
kesenian, salah satu ciri khas kesenian mereka yaitu Tanjidor yang dilatar
belakangi dari budaya belanda, selain itu betawi memiliki kesenian keroncong
tugu yang dilatar belakangi dari budaya Portugis-Arab, kesenian gambang kromong
yang dilatar belakangi dari budaya cina. Selain kesenian yang selalu
ditampilkan dengan penuh kemeriahan, tata cara pernikahan budaya betawi juga
sangat meriah. Untuk adat prosesi pernikahan betawi, ada banyak serangkaian
prosesi. Didahului masa perkenalan melalui “Mak Comblang”. Dilanjutkan lamaran,
pingitan, upacara siraman. Prosesi potong cuntung atau ngerik bulu kalong
dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Kemudian dilanjutkan dengan malam
pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan
pacar. Puncak adat betawi adalah Akad nikah.
Tradisi Meriah dan penuh warna-warni, demikian
gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi. Diiringi suara petasan, rombongan
keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita
sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain
rebana menggunakan bahasa arab). Mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing
yang merupakan ciri khas keluarga betawi dari Tanah Abang. Sesampainya didepan
rumah terlebih dulu diadakan prosesi “Buka Palang Pintu”, berupa berbalas
pantun dan Adu Silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga
wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum
diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita
sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita
pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria. Pada hari pesta
pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian
kebesaran pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua
budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi
budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa.
Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan. tradisi
di atas sudah diperkenalkan kesenian-kesenian orang betawi tapi saya akan
menjelaskan kembali secara terperinci.
Kesenian orang betawi salah
satunya adalah tari cokek yang biasa dilakukan sebagai
pengiring tari pergaulan Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah
wawayangan. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur
mengikuti irarna garnbang kromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah
gerakan kaki. Setelah itu mereka Setelah itu mereka untuk menari
bersarna,dengan mengalungkan selendang pertama-tama kepada tarnu yang dianggap
paling terhormat. Bila yang diserahi selendang itu bersedia ikut menari maka
mulailah mereka ngibing, menari berpasang-pasangan.
Tari Betawi merupakan aneka gerak
pencak silat disebut tari silat. Tari ini ada yang diiringi tabuhan
khusus yang disebut gendang pencak. Iringan lainnya yang juga bisa digunakan
ialah garnbang kromong, gamelan topeng dan lain-lain. Di kalangan masyarakat
Betawi terdapat berbagai aliran silat seperti aliran Kwitang, aliran Tanah
Abang, aliran Kemayoran dan sebagainya. Gaya-gaya tari silat yang terkenal
antara lain gaya seray, gaya pecut, gaya rompas dan gaya bandul. Tari silat
Betawi menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti penarinya masing-masing.
Selain kesenian tari cokek dan tari
silat ada pun kesenian lain yaitu lenongada 2 macam lenong, lenong
denes ila yang dibawakan adalah cerita- cerita kerajaan atau cerita
bangsawan, lenong preman ila ceritanya diangkat dari kehidupanrakyat atau
jagoan. Lenong denes dapat dianggap sebagai pekembangan dari
beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang dewasa ini telah punah, yaitu wayang
sumedar, senggol, dan wayang dermuluk. Sedang lenong preman adalah perkembangan
dari wayang sironda. Bahasa yang dipergunakan dalam lenong denes adalah bahasa
Melayu Tinggi, yaitu variasi bahasa Melayu ihalusi yang struktur dan
perbendaharaan katanya bersifat Malayu Klasik. Bahasa yang dipergunakan dalam
lenong preman adalah dialek Betawi sehari- hari, sehingga sangat kornunikatif
dan akrab dengan penontonnya
Ada pula alat musik orang betawi
yaitu orkes tanjidor yang biasa menggunakan klarinet, trombon,
piston, trompet dan sebagainya. tanjidor biasa digunakan untuk mengiringi
helaran atau arak-arakan pengantin Membawakan lagu-lagu barat berirama imarsi
dan [Wals] yang susah sulit dilacak asal-usulnya, karena telah disesuaikan
dengan selera dan kemampuan ingatan panjaknya dari generasi kegenerasi.
Adapula yang sering dibawa pada saat
iring-iringan yaitu ondel-ondel. Ondel-ondel adalah bentuk
pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat.
Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa
menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Selain tradisi betawi diatas masih
nayak lagi tradisi,kesenian orang betawi yang sebagian masyarakat belum
mengetahuinya. Maka dari itu kita sebagai masyarakat indonesia harus ikut serta
dalam melestarikan dan mengetahui tradisi dan kesenian bangsa kita karena
bangsa ini mempunyai begitu banyak tradisi dan kebudayaan karena kebudayaan itu
tonggak citra diri suatu bangsa. Mungkin tradisi dan kesenian diatas adalah
sebagian dari begitu banyaknya tradisi dan kesenian suku betawi atau jakarta
tempoe doeloe yang saya angkat menjadi tulisan ini. Selanjutnya saya
mengharapkan kota jakarta yang sekarang tidak akan melupakan kota jakarta
tempoe doeloe dan bagi generasi penerus kota jakarta harus tetap membudidayakan
suku betawi atau jakarta tempoe doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar